Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, shalat dalam agama memiliki kedudukan yang sangat agung yakni rukun islam kedua setelah syahadat dan tiang (penopang) agama islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Inti (pokok) segala perkara adalah islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat” (HR Tirmidzi, dinilai hasan oleh Al Hafizh Abu Thohir). Maka perhatikanlah sholat kita, apakah sudah sesuai dengan yang islam ajarkan ataukah belum?
Salah satu hal penting untuk menegakan shalat adalah wudhu. Wudhu merupakan salah satu syarat sah sholat. Jika kita melalaikan wudhu kita, maka secara otomatis shalat kita juga tidak akan sah. Maka sudah sepantasnya untuk memperhatikan wudhu kita, apakah sudah sesuai dengan yang diajarkan islam ataukah belum?
Hadits Tentang Wudhu
Humran pembantu Utsman menceritakan bahwa Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu pernah meminta air untuk wudhu kemudian dia ingin berwudhu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya 3 kali, kemudian berkumur-kumur diiringi memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh mukanya 3 kali, kemudian membasuh tangan kanan sampai ke siku tiga kali, kemudian mencuci tangan yang kiri seperti itu juga, kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali, kemudian membasuh kaki yang kiri seperti itu juga. Kemudian Utsman berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu seperti wudhuku ini. Kemudian beliau bersabda, “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian dia shalat dua rakaat dengan khusyuk (tidak memikirkan urusan dunia dan yang tidak punya kaitan dengan shalat), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. Ibnu Syihab berkata, “Ulama kita mengatakan bahwa wudhu seperti ini adalah contoh wudhu yang paling sempurna yang dilakukan seorang hamba untuk shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bersiwak Terlebih Dahulu Sebelum Wudhu
Dalam suatu hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Jika tidak memberatkan umatku, (pasti) akan aku perintahkan kepada mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu (HR. Bukhari). Inilah anjuran yang Nabi ajarkan kepada kita semua ketika berwudhu yaitu melakukan siwak. Siwak disini bisa menggunakan kayu siwak atau sikat gigi. Semoga Allah beri kemudahan untuk bisa mengamalkan hal ini.
Tata Cara Berwudhu
Dari hadits (dengan sedikit tambahan dari beberapa hadits yang lain) di atas dapat kita simpulkan bahwa wudhu yang Nabi ajarkan adalah dengan urutan sebagai berikut :
-
Berniat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan” (HR. Bukhari & Muslim). Niat ini dilakukan di dalam hati, tidak perlu diucapkan.
-
Membaca basmalah: ‘bismillah’. Berdasarkan hadits, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Tidak ada shalat bagi yang tidak ada wudhu. Tidak ada wudhu bagi yang tidak membaca bismillah di dalamnya” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah, hasan). Maksudnya adalah tidak sempurna wudhunya.
-
Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali.
-
Mengambil air dengan tangan kanan, lalu dimasukkan dalam mulut (berkumur-kumur) kemudian dimasukkan dalam hidung (istinsyaq) sekaligus melalui satu cidukan. Kemudian air tersebut dikeluarkan (istintsar) dengan tangan kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.
-
Membasuh seluruh wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot (bagi yang memiliki). Batas wajah yang dibasuh adalah tempat tumbuhnya rambut (jika kepala botak, maka diambil batas wajar tempat tumbuhnya rambut) sampai dengan dagu tempat tumbuhnya rambut jenggot serta dari batas telinga kiri sampai batas telinga kanan.
-
Membasuh tangan hingga siku dan sambil menyela-nyela antara jari-jemari, dengan mendahulukan tangan kanan terlebih dahulu.
-
Membasuh kepala 1 kali dan termasuk di dalamnya telinga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kedua telinga termasuk bagian dari kepala” (HR Ibnu Majah, disahihkan oleh Al Albani).
-
Tatacara membasuh kepala ini adalah sebagai berikut: kedua telapak tangan dibasahi dengan air. Kemudian letakanlah di kepala bagian depan lalu tariklah tangan hingga kepala bagian belakang, kemudian tarik tangan kembali hingga kepala bagian depan. Setelah itu langsung dilanjutkan dengan memasukkan jari telunjuk ke lubang telinga, sedangkan ibu jari menggosok telinga bagian luar.
-
Membasuh kaki 3 kali hingga ke mata kaki dengan mendahulukan kaki kanan sambil membersihkan sela-sela jemari kaki
-
Tertib dan berurutan dalam membasuh setiap anggota wudhu
-
Berdoa setelah wudhu dengan membaca “Asyhadu an laa ilaha illallahu, wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu. Allahummaj’alnii minat tawwabina waj’alnii minal mutathohhirin”. Artinya Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah (HR. Muslim). Ya Allah jadikanlah aku termasuk hamba-hambaMu yang rajin bertaubat dan menyucikan diri (HR. At-Tirmidzi, shahih).
Shalat Sunnah Setelah Wudhu
Islam mengajarkan kepada kita, yaitu disunnahkan untuk melaksanakan sholat dua rakaat setelah wudhu. Sebagaimana hadits di atas dari sahabat Humran –pembantu Utsman radhiallahu ‘anhu– bahwasanya Utsman berkata setelah beliau menjelaskan bagaimana tata cara wudhu “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian dia shalat dua rakaat dengan khusyuk (tidak memikirkan urusan dunia dan yang tidak punya kaitan dengan shalat), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim).
Kesalahan-kesalahan Dalam Wudhu
Ada beberapa hal yang mungkin kita kurang perhatian sehingga menyebabkan wudhu kita kurang sempurna sebagaimana yang Nabi ajarkan. Atau bahkan dapat menyebabkan kita berdosa.
-
Melafazhkan niat. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –di awal wudhu- tidak pernah mengucapkan ‘nawaitu rof’al hadatsi’. Beliau pun tidak menganjurkannya. Begitu pula tidak ada seorang sahabat pun yang mengajarkannya. Tidak pula terdapat riwayat –baik dengan sanad yang shahih maupun lemah- yang menyebutkan bahwa beliau mengucapkan bacaan tadi” (Zaadul Ma’ad 1/196).
-
Membaca doa khusus dalam setiap gerakan wudhu, seperti doa membasuh tangan dll. Padahal hal ini tidak terdapat satu riwayatpun dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
-
Berkumur saja tanpa memasukkan air ke dalam hidung (istinsyaq), padahal keduanya termasuk dalam kategori membasuh wajah sebagaimana hadits tentang wudhu di atas.
-
Tidak membasahi siku dan mata kaki. Hal ini sering kita lihat pada orang-orang yang terburu-buru dalam melakukan wudhu. Disebutkan bahwa ‘Abdullah bin ‘Amr berkata “Kami pernah kembali bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah menuju Madinah hingga sampai kami bertemu air di tengah jalan, sebagian orang tergesa-gesa untuk shalat ‘Ashar, lalu mereka berwudhu dalam keadaan terburu-buru. Kami pun sampai pada mereka dan melihat air tidak menyentuh tumit mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Celakalah tumit-tumit dari api neraka. Sempurnakanlah wudhu kalian.” (HR. Muslim).
-
Perasaan was-was dalam melakukan wudhu, sehingga seringkali orang tersebut harus mengulangi wudhunya berkali-kali. Padahal perasaan was-was seperti ini berasal dari syaithan yang tidak perlu dihiraukan.
-
Penggunaan air yang boros. Hal ini berdasarkan hadits, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dengan satu mud (air) dan mandi dengan satu sha’ sampai lima mud (air)” (HR Bukhari Muslim). Jika kita bandingkan dengan ukuran sekarang, satu sha’ sama dengan empat mud. Satu mud kurang lebih setengah liter, sungguh ukuran yang sangat hemat dalam penggunaan air. Lantas bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah meneladani Nabi kita dalam berwudhu?
Pembatal Wudhu
Ada beberapa hal yang dapat membuat wudhu kita batal, yaitu :
-
Kencing, buang air besar dan kentut.
-
Keluarnya mani, wadi dan madzi.
Mani adalah cairan berwarna putih yang keluar memancar dari kemaluan, biasanya keluarnya cairan ini diiringi dengan rasa nikmat dan dibarengi dengan syahwat. Wadi adalah sesuatu yang keluar sesudah kencing, berwarna bening, agak kental mirip mani, namun berbeda kekeruhannya dengan mani. Madzi adalah cairan berwarna bening, halus, lengket, keluar ketika syahwat bergejolak, namun keluar tidak diiringi dengan syahwat, tidak muncrat, tidak menjadikan hilangnya rasa syahwat secara total, bahkan terkadang keluat tanpa terasa (lihat Syarah Shahih Muslim).
-
Tidur lelap (dalam keadaan tidak sadar). Tidur yang dimaksud disini adalah tidur yang sangat lelap sehingga orang tersebut tidak tahu dengan kondisi sekitar, tidak mendengar sesuatu yang berada di sampingnya. Jika tidur yang tidak lelap, yang masih dalam keadaan kantuk, masih sadar dan masih bisa merasakan kondisi sekitar maka hal ini tidak mengapa. Hal ini berdasarkan hadits, dari Sofwan bin Assal, ia berkata : Adalah Rasulullah pernah menyuruh kami, apabila kami melakukan safar agar tidak melepaskan khuf kami (selama) tiga hari tiga malam, kecuali karena janabat. Akan tetapi (kalau) karena buang air besar atau kecil ataupun kerana tidur (pulas) maka cukup berwudhu. (HR. Nasa’i dan Tirmidzi, hasan).
-
Hilangnya akal yang disebabkan karena mabuk, pingsan, dan gila.
-
Memakan daging unta. Hal ini berdasarkan hadits dari Jabir bin Samuroh “Ada seorang yang bertanya pada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘apakah aku mesti berwudhu setelah maka daging kambing?’ beliau bersabda ‘jika engkau mau, berwudhulah. Namun jika enggan, maka tidak mengapa engkau tidak berwudhu’. Orang tadi bertanya lagi, ‘Apakah aku mesti berwudhu setelah memakan daging unta?’ beliau bersabda ‘Iya engkau harus berwudhu setelah maka daging unta” (HR Muslim).
Semoga Allah Ta’ala berkenan memberikan hidayah taufiq-Nya kepada kita semua. Wallahul muwaffiq.
Penulis : Moh. Darus Salam, S.Gz (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Murojaah : Ust. Abu Salman, BIS